27 November 2007
Catatan perjalanan cuti (ttg peluang usaha)
SOLO (Oktober 2007)
Di Solo perkembangan dunia usaha juga kelihatan tumbuh pesat, dimana-mana banyak usaha-usaha baru yg didirikan baik yg kelas rumahan maupun yg udah skala besar. Mereka juga kelihatannya makin aware dengan marketing, ditandai dengan banyaknya spanduk dan banner promosi yg digarap dengan serius.
BANDUNG (Oktober 2007)
I-TUTOR di Jl Subang, Antapani
Sempat survey di I-Tutor yg di jalan Subang, Antapani. Tadinya cuma mau nanya singkat dan lihat kondisi outletnya, tapi akhirnya malah sempat ngobrol panjang lebar ttg usaha mereka. Waktu itu sempat ngobrol dengan Mbak Wiwit, Mbak Putri, dan Mas Reza. Mereka adalah para tutor dan pelaksana harian di sana. Mereka sangat welcome dan ramah serta bersedia memberikan informasi ttg operasional sehari-hari usaha mereka.
Pemilik I-Tutor cabang Antapani tersebut adalah bu Reni Setyani. I-Tutor Antapani tsb mulai beroperasi bulan April 2007 dan saat ini memiliki sekitar 40-50an murid. Di tiap kelas mereka menyediakan kursi buat anak dhuafa yg berpotensi, dgn meminta referensi dari sekolah yg ada di sekitar lingkungan mereka.
Saat ini mereka memiliki 2 tutor/pengajar, dan satu ruang kelas. Ruang kelasnya sederhana, berkarpet tapi tanpa kursi, jadi pesertanya duduk lesehan, hanya disediakan meja lipat kecil yg disediakan utk dipakai oleh para murid jika diperlukan. Perlengkapannya standard, berupa satu set computer, projector, white board, dan AC.
Untuk menarik minat/antusiasme para murid mereka menerapkan system poin untuk setiap aktivitas tertentu. Misalnya jika anak berani maju utk bicara di kelas, atau jika anak tersebut memakai seragam yg disediakan, atau untuk pembelian beberapa macam barang atau merchandise yg disediakan oleh outlet tersebut. Poin tersebut nantinya dapat ditukarkan dengan hadiah tertentu. Ada juga program member get member, dimana para murid yg berhasil membawa temannya untuk join akan mendapat gratis biaya kursus utk satu bulan.
Untuk menambah pemasukan, outlet tersebut juga menyediakan berbagai macam merchandise yg dapat dibeli oleh para murid, baik yg disediakan oleh I Tutor pusat maupun merchandise lain seperti alat tulis, cd/vcd untuk anak-anak, boneka, atau aneka macam permainan untuk anak.
Ada 6 level kelas di I-Tutor, kelihatannya disesuaikan dgn level kelas di SD. Tapi mereka juga menerima murid dari TK hingga SMP. Kalau nggak salah di tiap level ada dua belas chapter. Untuk bisa naik ke level berikutnya akan diadakan ujian.
Kursusnya diadakan dua kali seminggu (utk tiap murid). Tiap session lamanya 1,5 jam. Modul/kurikulumnya sudah tersedia lengkap di program yg tersedia, jadi para tutornya tinggal mengikuti saja, jadi lebih sebagai motivator dan fasilitator saja.
Materi di setiap chapter bisa dikembangkan sendiri tergantung kreativitas dari pengajarnya. Misalnya ketika membahas tentang silsilah keluarga, para murid disuruh untuk menggambarkan silsilah keluarganya dan hasilnya di pajang di kantor I-Tutor.
Untuk promosi dan marketingnya, mereka menyebarkan brosur di sekolah atau di rumah-rumah sekitar lingkungan mereka dan bisa juga dengan ikut serta di event tertentu yg diselenggarakan disekitar lingkungan mereka. Mereka juga menyediakan trial gratis utk orangtua atau murid yg berminat, yg sekaligus bisa dipakai sebagai placement test utk para murid ketika pertama kali mendaftar.
JPG Technology
Kantor JPG technology yang sempat dikunjungi kemaren adalah di bagian Gallery-nya. Disitu ditampilkan contoh-contoh produk dari beberapa BO (Business Opportunity) yg ditawarkan oleh JPG Technology, terutama product dari Panel Neon, MagicInk digital minilab, dan Spot Bordir.
Product yg paling berkesan adalah product dari Panel Neon. Ini merupakan product yg benar-benar original, dan belum ada pihak lain yg memilikinya selain JPG Technology. Product ini memang dikembangkan sendiri, sbg alternatif lain utk media promosi selain neon box dan neon lamp, dan sudah didaftarkan hak patennya di Indonesia. Menurut informasi product dari panel neon inipun sudah banyak di pesan oleh beberapa pihak di luar negeri. Product ini intinya adalah pada pembuatan panelnya yg terdiri dari beberapa lapisan yg bisa berpendar sesuai gambar yg ingin ditonjolkan bila disinari oleh lampu neon. Hasil productnya memang menarik apalagi jika dinyalakan pada malam hari, sangat eye catching. Yg jelas produk ini potensinya sangat menjanjikan apalagi kalau ditunjang dengan marketing yg bagus utk memperkenalkan produk ini ke masyarakat luas, karena kekurangannya selama ini adalah produk ini kurang dikenal/diketahui oleh masyarakat luas.
Personel yg sempat menemani pada waktu itu ada dua orang, yg satu cewek tapi nggak sempat nanya namanya dan yg satu lagi cowok, namanya Mas Anto. Sempet juga dapat kartu namanya.
Untuk Magic Ink, juga ada beberapa produk yg menarik, yg berupa cetakan 3 dimensi, dimana gambar yg dihasilkan terlihat lebih hidup dan ada efek ruangnya. Selain itu productnya bisa dicetak di berbagai media sampai keramik, kayu, dan logam (khusus untuk paket All in).
Kalau yg SpotBordir, sebenarnya mirip dengan hasil sablonan, cuma medianya lebih fleksibel, prosesnya lebih cepat, dan lebih ekonomis, karena bisa menerima order satuan.
Business opportunity lain yg ditawarkan adalah Dr-Inkjet untu refill tinta printer dan juga usaha agen isi ulang pulsa.
JAKARTA (November 2007)
I-TUTOR Metro Permata
Sebelum balik ke Mataram, sempat mampir ke outlet I-Tutor yg di Metro Permata, kawasan Meruya/Cileduk, dekat rumah adikku di Jakarta/Tangerang.
Yg ini outletnya menempati sebuah ruko. I-Tutor yg disini sudah mulai beroperasi sejak satu setengah tahun lalu. Setahun pertama katanya agak keteteran karena yg punya, yaitu Andrew Chandra, tidak focus di usaha ini karena sibuk mengurusi usahanya yg lain. Baru beberapa bulan ini dia bisa focus untuk mengembangkan I-Tutor-nya dan sejak itu usahanya mulai ada perkembangan.
Ko Andrew sendiri orangnya sangat friendly. Dia bersedia menerima dgn tangan terbuka, ditemani oleh tangan kanannya sekaligus pengajar di sana yaitu mas Jun. Dia juga banyak memberikan informasi berharga sekaligus beberapa tips untuk usaha I-Tutor ini. Dia sendiri mengaku cukup dekat dengan orang-orang I-Tutor pusat, selain karena dia termasuk franchisee yg awal, juga karena dia sering bolak-balik ke I-Tutor pusat karena lokasinya kebetulan tidak terlalu jauh dengan outletnya di Metro Permata.
Tips yg diberikan antara lain untuk outlet/bangunannya sebaiknya menggunakan warna yg mencolok, misalnya kuning dan biru, sebagai warna utamanya I-Tutor. Kemudian untuk lokasinya sebaiknya dipilih di samping BCA, maksudnya didekat tempat yg banyak menarik orang utk datang. Kemudian untuk promosi, sebaiknya jangan dari rumah ke rumah karena tidak efektif, lebih baik langsung di sekolah-sekolah sehingga langsung menyasar ke calon konsumen potensialnya.
Di I-Tutor Metro Permata, tersedia 3 kelas, yg terletak di bagian atas rukonya, tapi yg aktif dipakai hanya 2 kelas. Kelasnya ukurannya tidak terlalu luas, sekitar 2,5 x 3,5 meter. Tiap kelas bisa diisi sampai 12 murid, tapi rata-ratanya sekitar 7-8 murid. Saat ini jumlah muridnya sekitar 50-an.
Pengajarnya ada 3 orang. Satu pengajar tetap, dan dua orang lagi tidak tetap. Yang pengajar tetap gajinya antara 750 ribu sampai satu juta, sedangkan yg tidak tetap, karena statusnya masih magang dan mahasiswa, tiap session-nya dibayar 15 ribu-an. Kalau yg udah berpengalaman biayanya bisa lebih besar dari itu. Kunci utamanya waktu mencari tenaga pengajarnya adalah selain bisa bahasa Inggris, juga harus komunikatif dan dekat dengan anak-anak, juga bisa bertindak sebagai motivator bagi para peserta didik-nya.
Selama berkunjung, mereka memperlihatkan materi dari I-Tutor lewat proyektor di kelas yg biasa dipakai. Jadi materi yg disediakan oleh I-Tutor terdiri dari 6 level. Masing-masing level terdiri dari 12 Chapter. Setiap chapter diselesaikan dalam satu bulan. Di tiap chapternya ini sendiri menunya sudah lengkap, selain movie-nya juga ada bagian grammarnya, bagian testnya dll. Tugasnya pengajar tinggal menjadi fasilitator saja tapi akan lebih bagus jika bisa kreatif mengembangkan materi-materi yg ada sehingga bisa lebih memotivasi anak didiknya utk berani. Tiap chapter ada semacam testnya. Ada juga ujian yg dilakukan tiap 6 chapter (tiap semester). Hasil ujian ini akan dikirimkan ke I-Tutor pusat dan sertifikatnya levelnya juga sudah international kalau langsung diterbitkan oleh I-Tutor Singapura.
Kelengkapan kelasnya selain proyektor dan computer dgn speakernya, juga ada papan tulis whiteboard dan beberapa kursi yg ada alas tulisnya. Tapi katanya kursi ini jarang terpakai karena anak-anak lebih senang duduk bebas di karpet. Juga di bagian depan kelas disediakan semacam panggung tempat anak-anak itu maju utk berbicara di depan kelas. Kelasnya sendiri dihiasi dengan berbagai gambar, terutama gambar maskotnya I-Tutor.
Biaya operasional terdiri dari gaji tenaga pengajar, listrik yg sekitar tiga ratus ribuan terutama untuk AC dan proyektor, sewa lokasi sekitar 2 jutaan (dihitung dan dibagi perbulan), telepon, promosi dll. Dengan asumsi memiliki murid sekitar 30-an katanya akan balik modal sekitar setahun.
Biaya kursus yg ditarik tiap bulannya adalah 175 ribu. Biaya pendaftarannya sebesar 75 ribu sebenarnya untuk mengganti kaos, tas, dan buku yg diberikan waktu mendaftar. Di I-Tutor Metro terdapat 10 anak tidak mampu yg dibebaskan biaya kursusnya.
Untuk perijinan usaha I-Tutor-nya katanya bisa dibilang tidak ada. Paling kita perlu minta ijin pada kelurahan sekedar menginformasikan ttg usaha ini. Badan usaha khusus juga tidak diperlukan. Beberapa referensi atau surat formal akan disediakan oleh I-Tutor pusat.
Beberapa murid dari I-Tutor MetroPermata ini berhasil menjadi juara dalam beberapa event yg diselenggarakan rutin oleh I-Tutor pusat setiap tahunnya. Murid tersebut akhirnya sering di-manfaatkan juga utk promosi dengan mengajaknya dan memperkenalkannya sbg hasil didikan di I-Tutor MetroPermata.
Modul, brosur-brosur, kartu kehadiran, dll disediakan oleh I-Tutor Pusat, dan dapat kita beli sesuai keperluan.
18 September 2007
Ketika anakku ingin mengenal Allah
sumber: http://www.family-writing.com/
Ketika itu, akhir Desember 2001. Sebuah perjalanan berharga kami lakukan. Tias, anakku semata wayang yang lahir di Bandung dan besar di Jakarta, melakukan perjalanan panjang pertamanya. Waktu itu umurnya 3 tahun 10 bulan dan saat itu kami mo balik ke Aceh (Lhokseumawe), setelah si Abah selama 5 tahun menyelesaikan masa penugasannya di Jakarta (tapi sejak pertengahan 2005 kami telah pulang kampung kembali ke Bdg, dan ntah mau rantau ke mana lagi).
Mau naik pesawat untuk yang pertama kali ia senaaang sekali. Sepanjang perjalanan dari rumah hingga di bandara, saat menunggu pemberangkatan, ia senantiasa bernyanyi-nyanyi, dan asyik main sendiri, mengeksplorasi lingkungan sekitar sambil terlihat mengobrol sendiri, memainkan jari, duduk dipojok sana-sini, tenggelam dalam imajinasi…
Kami hanya mengawasi dari kejauhan sambil merasakan kegembiraan yang ia rasakan..
Di pesawat, ia memilih tempat dekat jendela. Ketika pesawat berada di tengah bongkahan awan, yang bak salju berwarna putih abu keperakan ditimpa cahaya matahari pagi… . kadang juga terkesan seperti hamparan kapas yang membentuk gerombol-gerombol raksasa seperti bunga kol. Di sebagiannya seperti menampakkan gua-gua dan di sebagiannya menghampar luas tak berbatas, bak Padang Masyhar? sungguh menakjubkan.
Hening, kami tenggelam dalam imajinasi masing-masing. Dalam hati, tiap memandangi kehebatan pemandangan awan ini, saya berdzikir..Subhanallah Walhamdulillah Walaaailaaha Illallah Wallaahu Akbar.
Tiba-tiba , Tias mengagetkanku, dengan pertanyaan, “Bu…, di awan sana ada Alloh ya?!”.
Iya, jawabku.
“Ada malaikat-malaikat juga ya Bu?!”
Iya, jawabku lagi, pendek, sambil bergumam dalam hati , “Tias, kamu juga ngerasain ya, melihat pemandangan yang menakjubkan ini jadi teringat Allah”.
Selagi pikiranku menerawang begitu, ia berceloteh lagi, “Bu, kalau Allah ditembak Ia pasti jatuh ya!!”
Hah…, aku agak terperanjat.
“Ya, nggaklah!” kataku. “Alloh itu Maha Hebat, mana ada dia bisa jatuh ditembak!”
“Iya..!!.” katanya.
“Tidaklah Nak” jawabku lagi, tidak kreatif.
“Ah, iya, pasti Jatuh..!!” anakku mempertahankan logika pemikirannya.
Ah, otakku ini memang tumpul, dikagetkan dengan pertanyaan mendadak seperti begini aku belum bisa menjawabnya. Lagi pula akupun cape, dan ngantuuk sekali, lagi malas memeras pikiran untuk ngejelas-jelasin. Jadi aku abaikan saja…
Selama ini aku memang baru mengenalkan Allah kepada Tias dengan Asmanya yang Maha Penyayang, telah memberi kita rejeki, mainan, ibu untuk Tias, maka Tias pun harus bersukur dan penyayang seperti Beliau, mau berbagi dengan teman, nggak nakal sama ibu, dll. Ya..kaya begitu-begitulah.
Tapi aku belum pernah mencoba mengenalkan atau mengajaknya untuk memikirkan “Sosok Allah”, karena hal ini juga hanya pernah aku pikirkan beberapa saat di waktu muda dulu, itu pun tidak terlalu mengkritisi. Lagian anakku juga masih kecil, belum kepikiran cerita ke sana.
Waktu berlalu…
Beberapa bulan kemudian, sekitar 4 tahun 2 bulan, ketika kami sedang bermain bersama di rumah, ia mengajukan lagi pertanyaan tentang Allah.
Tanyanya, “Bu Allah, itu matanya banyak ya…”
Ya nggaklah, jawabku lagi-lagi tergagap.
“Kan Allah bisa melihat dimana-mana,” sambung anakku cepat.
“Iya, Alloh memang Maha Melihat, Ia bisa tahu keadaan yang ada di Bandung, di kantor Abah, di rumah kita, dll, tapi mata Allah nggak kaya mata kita manusia..” jawabku sekenanya.
Sejujurnya aku cukup bingung, belum rajin baca-baca literatur “Bab menerangkan keberadaan Allah pada Anak”.
“Kepala Allah itu pasti besaaar sekali ya Bu!” lagi-lagi anakku mengeluarkan stigma-stigma yang sedang berseliweran di pemikirannya.
Tawaku hampir meledak, geli, membayangkan bagaimana ia membayangkan. Tapi, Oh…lagi-lagi pikiranku tumpul, gak siap dengan pertanyaan-pertanyaan begini dari anakku. dan aku hanya menjawab, dengan bantahan yang itu-itu juga, “Ya nggaklah, Allah tidak berkepala seperti kita….Allah itu berbeda dengan kita. Ia tidak bisa dibayangkan dan tidak bisa dilihat oleh mata kita.”
Anakku tampak bingung, aku melanjutkan lagi, “Nah seperti angin…Nih… (aku meniupnya). Adakan?” tanyaku.
Tias mengangguk, “Tapi gak kelihatan kan?!” tanyaku lagi kepadanya.
Tias diam. ” Jadi Alloh juga seperti itu, Dia ada, tapi tak bisa dilihat.”
“Alloh itu laki-laki apa perempuan Bu?” tanya anakku tampaknya masih penasaran.
“Ya Alloh itu gak laki-laki, gak perempuan. Yang ada jenis kelaminnya itu kan hanya kita manusia yang Allah ciptakan, tapi Allah sendiri mah yang menciptakan kita, gak berjenis kelamin” (padahal aku juga ragu arti jenis kelamin bila dikaitkan dengan mudzakar - muannasnya kata yang digunakan dalam Al-Qur’an. Tak tahulah ilmuku juga sangat terbatas)
Tias cemberut. Aku mencoba mencari penjelasan tambahan, “Adakan di dunia ini juga yang tidak berjenis kelamin. Coba kamu perhatikan hayoo… tembok, kursi, .. dia laki-laki apa perempuan ? nggak kan? Nah jadi Allah juga begitu, Ia tidak berjenis kelamin…”
Belum lagi aku dapat menemukan kata-kata lengkap yang dapat menjawab kepenasaran pikiran anakku, ia telah menungkas dengan nada tinggi, kesal dan mungkin marah, “Tahulah, Tias! Allah itu jelek! Nggak punya mata, nggak punya kepala!!!”
Aku terdiam. Aku terperangah. Tapi aku sadar, ia kecewa dengan jawaban-jawabanku.
Betapa kecewanya anakku, menerima jawaban-jawabanku, yang tak dapat ia susun ke dalam pengertiannya menjadi sebuah penjelasan utuh yang menerangkan.
Aku beristighfar di dalam hati, “Ya Alloh, maafkanlah kami. Maafkanlah Anakku yang telah melontarkan kata-kata kasar terhadap-Mu karena ketidaktahuannya. Dan ampunilah hamba yang tidak dapat memberikan penjelasan yang menunjukkan KebenaranMu kepadanya”.
Aku amat sedih sekali. Kasihan melihat kekecewaan anakku yang tidak mendapat kepuasaan tentang “Sosok Allah” yang ia coba ingin kenali. Dan aku kecewa kepada diriku sendiri yang belum mampu memberinya penjelasan yang bisa ia fahami.
Tengah malam aku terbangun, shalat dan memohon petunjuk-Nya agar aku diberi pengetahuan agar dapat memperkenalkan DiriNYA dengan benar kepada anakku.
Alloh memberiku INSIGHT, Alhamdulillah.
Keesokan harinya, selepas ia pulang dari TK, aku memohon maaf padanya. Aku katakan padanya, “Tias, ibu minta maaf atas kejadian kemarin. Ibu tidak dapat menjelaskan padamu seperti apa Allah itu. Karena Ibu pun tidak tahu. Ibu sendiri tidak pernah melihat Allah. Dan tidak ada seorangpun yang pernah dan dapat melihat Allah, sekalipun nabi Muhammad. Sehingga siapapun yang ditanya seperti apakah Allah itu pasti tidak akan ada yang bisa menjawabnya. Tapi Alloh itu Ada, hanya Dia tak dapat dilihat oleh mata kita, karena keterbatasan mata”.
Lalu aku mengajaknya untuk masuk dan melihat isi kamarnya, dan menyebutkan nama-namanya. Kemudian aku mengajaknya ke luar kamar, dan memintanya menunjukkan isi ruang kerja Abah, dari balik tembok, setepat ketika ia masuk dan menunjukkan isi kamarnya.
Dia gak bisa. Lalu ku tanya kenapa? “Terhalang tembok,” katanya.
Di situ aku tunjukkan, itulah keterbatasan mata manusia. Terhalang tembok aja kita dah gak bisa tahu lagi apa yang ada di belakangnya. Mata kita tidak dapat melihat segala.Lalu aku mengajaknya mengintip dari jendela kamar, pemandangan di luar, ke pekarangan rumah kami. Kami biasa bercerita di sana sambil menikmati pemandangan dari dalam ke luar yang indah…, sedang kalau siang-siang ke luar, udara di luar sangat panas..
Di luar sana ada pohon mangga yang sedang berbuah banyak. Aku mengajaknya mengingat-ngingat kembali ketika buah-buah itu masih berbentuk bunga, lalu rontok, jadi buah kecil, buah besar yang mentah, hingga jadi buah yang masak dan dipetik lalu dimakan wow enak… Aku bertanya kepadanya, siapa yang melakukan semua ini?
Ibukah? Abahkah? Tiaskah? atau orang lain? gak ada.. Gak ada orang yang bisa melakukan ini. Kalau dicoba, melakukan juga yang seperti ini (membuat mangga) gak ada yang bisa, paling kita manusia bisanya bikin lukisan pohon atau buah mangga, atau membuat mangga-manggaan dari kayu maupun plastik, sebagai hiasan atau mainan. Tapi ini Kok ada? pohon buah dan buah ini ada? Inilah, inilah Allah yang membuatnya. Apa kelihatan tangan-tangan Allah (sambil kumainkan jemariku) membuat bunga jadi buah kecil, dan jadi besar? Nggak juga kan?”
Itulah, karena Allah tidak kelihatan dan Ia pun tidak memiliki tangan-tangan seperti kita. Allah tidak sama dengan manusia. Tapi Allah ada. Buktinya mangga-mangga ini jadi ada kan yang tadinya tidak ada. Dibuat oleh Allah. Ia membuat sesuatu dengan sangat Hebat, bila Allah sudah berkehendak untuk membuat mangga, “maka akan jadilah mangga”.
“Ia lakukan semua ini karena sangat sayangnya….pada kita. Ia buatkan untuk kita buah-buahan yang enak, segar, bervitamin, seperti apa lagi ayo….”
Lalu dia menyebutkan berbagai macam buah, juga sayur dan makanan lain yang lezat.
“Jadi Tias sayang gak sama Allah, yang telah begitu baik sama kita membuatkan bermacam-macam buah dan makanan?”
Ia menjawab dengan semangat, “Sayang…!!”
Aku juga mengajaknya merenungkan apa yang terjadi di perutku. Saat itu aku sedang hamil anakku yang keenam (oh..andai dia ada). Kuajak dia memikirkan, dari saat di perutku itu belum ada apa-apa, sampai dinyatakan hamil oleh suster yang memeriksa. “Waktu itu gak kelihatan ada apa-apa, lalu perut Ibu membuncit, membesaar…, hingga ada sesuatu yang kini sering bergerak-gerak, bisa dirasakan oleh Tias, yakin ada isi ade bayi di perut ibu. Itulah si ade bayi yang Allah tumbuhkan di perut Ibu. Dan Allah melakukannya, membuatnya, tapi hebatnya….gak kelihatan oleh kita.”
Kalau Ibu bikin kue aja, atau Tias bikin masak-masakan dedaaunan, uh… berantakannya.. Tapi Allah tidak. Ia membuat segala sesuatu tanpa terlihat oleh kita, tapi hasilnya jelas terlihat oleh kita. Dan hasilnya luar biasa dapat dinikmati oleh kita dan tak dapat ditiru oleh kita.
Setelah menunjukkan hasil karya Allah, kukatakan, “Nah, sekarang Tias bisa tahu Allah itu ada kan?” tanyaku.
” Iya”, jawabnya mantap.
Aku melanjutkan, tapi seperti apa Allah itu rupanya, kita tidak ada yang tahu, karena mata kita terbatas…tidak bisa melihatnya, dan hanya Allah sendiri saja yang tahu seperti apa rupa Allah. Nah ini kita katakan sebagai “Wallahualam bi sawab” artinya hanya Alloh sendiri saja yang tahu..
Alhamdulillah ia tampak mengerti dan puas.
Suatu hari lain - mungkin terinspirasi oleh filmnya Harun Yahya yang kami tonton bersama tentang penciptaan alam semesta, dia berargumen, ” Bu…, waktu bumi ini belum diciptakan, kita pasti bisa melihat Allah ya?!”
“Kenapa?” aku balik tanya.
“Kan belum ada langitnya,” jawabnya. Maksudnya belum ada langit yang menghalangi pemandangan kita ke atas sana. Karena mungkin aku pernah juga cerita Allah itu ada di atas Arasy, yang merupakan kerajaanNya, jadi kita sering berkonotasi Allah itu memang di atas.
Lalu jawab ku “Mana kita tahu, waktu bumi belum diciptakan, manusianya juga kan belum ada, jadi apa tuh…”.
“Wallahualam bi sawab” jawabnya dengan tangkas.
“Iya, benar sayang… Wallahualam bi sawab. Hanya Allah sendiri saja yang tahu,” kataku haru..
Robbii hablii milladunka dzurriatan toyyibah,innaka antasamii’uddu’aaa.Amin.
Bagaimana Bayi dan Anak-Anak Belajar?
Gordon Dryden & Dr. Jeannette Vos dalam bukunya The Learning Revolution, mengungkapkan fakta-fakta yang sangat mengejutkan.
Saat ini, katanya, berbagai metoda belajar tengah berkembang pesat di seluruh dunia, sehingga setiap anak akan mampu mempelajari apapun secara lebih cepat –sekitar 5 sampai 20 kali lebih cepat– bahkan 10 sampai 100 kali lebih efektif, pada usia berapapun. Metoda-metoda itu ternyata sederhana, mudah dipelajari, menyenangkan, logis – dan terbukti andal.
Inilah beberapa fakta itu. Di Christchurch, Selandia Baru, Michael Tan berhasil lulus ujian matematika tingkat smu pada usia 7 tahun. Dan Stephen Witte, 12 tahun lulus enam ujian beasiswa universitas dan berhasil meraih hadiah fisika dari SMU Papanui, tidak lama setelah diizinkan melompati empat kelas.
Di Alaska, para pelajar di SMU MT. Edgecumbe menjalankan empat perusahaan proyek percontohan. Salah satu proyeknya: ekspor salmon asap ke Jepang senilai us$ 600.000– mereka sekaligus belajar ilmu pemasaran, bisnis, ekonomi dan Bahasa Jepang.
Di SD Pantai Tahatai Di Selandia Baru, anak-anak berusia 6 tahun menggunakan komputer untuk membuat cd-rom dan merencanakan “sekolah masa depan” mereka sendiri. Mereka juga menggunakan komputer untuk mengaktifkan unit-unit pembangkit energi surya dan angin yang didesain agar setiap rumah mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri.
Ternyata pembelajaran mandiri adalah salah satu kunci utama. Jika kita bisa menyediakan lingkungan dan peralatan yang baik untuk pelatihan mandiri, anak-anak kecil pun akan menjadi pendidik mandiri yang antusias sepanjang hidupnya.
Maria Montessori, dokter wanita pertama asal Italia, telah menyediakan lingkungan semacam itu hampir 100 tahun lalu, membuktikan bahwa anak-anak usia 3 – 4 tahun dengan mental terbelakang, mampu berkembang baik dalam hal menulis, membaca, dan perhitungan dasar. Dan sampai sekarang ini di daerah terpencil Montana, negara bagian Amerika yang berpenduduk paling jarang, semua anak berusia 4 tahun di taman bermain Montessori International telah mampu mengeja, membaca, menulis dan melakukan hitungan dasar, bahkan sebelum mereka masuk sekolah. Saat ini mereka mencanangkan pada usia 4 tahun itu anak-anak bahkan sudah mampu menguasai tiga atau empat bahasa!
Bagaimana dengan anak-anak kita?
Lihatlah betapa banyak orang tak menyadari bahwa mereka telah “merusak” potensi hidup anaknya. Lihatlah anak-anak kita sekarang. Dimana mereka pada sebagian besar waktu hidupnya? Di depan televisi-kah? Main seharian dengan anak-anak lainkah? Apa yang mereka pelajari? Siapa guru-guru mereka? Siapa idola mereka? Apa kata-kata yang meluncur dari pikirannya?
Ternyata, semua ini bergantung bagaimana ia dididik sejak awal kelahirannya! Kita tahu, setiap anak, anak negara manapun, anak siapapun adalah pemilik otak terhebat di dunia. Walaupun beratnya kurang dari 1,5 kg, kemampuan otaknya beribu kali lebih hebat dari super komputer terhebat di dunia. Dan anak-anak kita pun memilikinya! Masing-masing terdiri dari otak sadar dan otak bawah sadar.
Otak sadar aktif saat kita sengaja melakukan sesuatu. Sedangkan otak bawah sadar selalu aktif 24 jam sehari terus menerus. Ia bekerja sejak bayi masih dalam kandungan sampai kita dewasa dan mati.
Dari berbagai hasil penelitian ditemukan bahwa ternyata di bawah sadar inilah “terinstall” semua potensi hidup kita, yang nantinya akan keluar dalam bentuk sikap, nilai hidup, skill, kecerdasan, kepribadian dan kebiasaan.
Salah satu sifat otak bawah sadar ini adalah “tidak kritis”. Jadi apapun input yang masuk ke dalamnya akan tetap disimpan dan dianggap benar. Beda dengan otak sadar … ia kritis. Oleh karena itulah yang harus kita waspadai justru input-input yang bakal masuk lewat pintu otak bawah sadar ini.
Benyamin s. Bloom, professor pendidikan dari universitas chicago, menemukan fakta yang cukup mengejutkan:- Ternyata 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun.- Lalu 30 % potensi berikutnya terbentuk pada usia 4 – 8 tahun.
Ini berarti 80% potensi dasar manusia terbentuk di rumah, justru sebelum mulai sekolah. Akan seperti apa kemampuannya, nilai-nilai hidupnya, kebiasaannya, kepribadiannya, akhlaqnya, dan sikapnya … 80% tergantung pada orang tua. Baik “dibentuk” secara sengaja atau pun tidak sengaja!
Artinya, akan jadi siapa anak kita, akan bagaimana cara berpikir dan bersikapnya ditentukan sepenuhnya oleh informasi dan pengetahuan apa yang tersimpan di otak bawah sadarnya. Panca indera adalah pintu masuk yang langsung masuk ke pusat kecerdasan anak.
Apapun yang ia dengar, apapun yang ia lihat, apapun yang ia rasakan, semua langsung tersimpan di otak bawah sadarnya.
Ia juga belajar tentang sikap dan kepribadian dari orang-orang yang mengasuhnya. Bagaimana ayah ibunya berbicara, apa yang dikatakan, bagaimana ia bereaksi terhadap emosi-emosi tertentu, bagaimana orangtua bereaksi terhadap tekanan amarah, tangisan, dan kerewelan. Semua bahasa komunikasi anak (dalam bentuk gerakan, tangisan dan kerewelan) adalah alat-alat ia belajar.
Lantas, apakah bisa kita menghasilkan “anak hebat” hanya dengan cara mendidik “ala kadarnya”? Dengan “semaunya”, secara naluriah belaka? Tentu tidak bukan.
Hal pertama yang langsung kita sadari adalah, sebagai ayah dan ibu, kita adalah guru anak-anak kita. Baik kita melakukannya dengan benar ataupun “nggak sengaja” salah.
Pertanyaan berikutnya, sudah tahukah kita kurikulum apa yang sedang berlangsung pada usia 0 – 4 tahun atau 8 tahun perkembangan pendidikan anak-anak kita?
Ternyata, kebanyakan orang tua tidak punya “kurikulum” pendidikan usia-dini ini. Tentu tak heran akhirnya kurikulum alamiah lah yang diterapkan. Kurikulum yang akhirnya dipelajari anak-anak kita adalah kurikulum-alamiah yang diciptakan oleh lingkungan tempat kita saat ini hidup dan berada. Lewat program-program televisi, pergaulan di sekitar rumah kita, juga pergaulan antar penghuni di dalam rumah tangga kita sendiri.
Apa yang “diajarkan” (tanpa sengaja) pada bayi dan anak-anak kita?
Secara keilmuan bisa jadi masih kosong! Bagaimana dengan sikap? Tak dapat dibendung, ternyata banyak sekali hal negatif yang “dipelajari” anak-anak kita.
Lalu adakah kegiatan-kegiatan pembelajaran secara sengaja? By design? Hampir tidak ada. Ada semacam “keyakinan” yang telah jadi paradigma kuat dalam pikiran para orang tua, bahwa anak-anak “bersekolah” ya dimulai sejak TK ! Sehingga mengabaikan proses belajar mengajar “yang umumnya tak sengaja” yang justru berlangsung setiap detik di rumah kita. Bahkan anehnya tak sedikit yang tega menyerahkan bayi dan anak-anaknya itu “berguru” kepada para pembantunya.
Jika kita mulai menyadari fakta-fakta ini, ada beberapa tindakan yang bisa segera kita lakukan, jika memang kita ingin berubah:
1. Orang tua (ayah dan ibu), harus belajar semua hal yang berhubungan dengan metoda-metoda pendidikan anak
Pada dasarnya orang tua adalah guru terpenting dan rumah adalah sekolah paling penting. Didiklah anak dengan ilmu. Kenali dan rancang kurikulum sendiri untuk keperluan ini. Apa muatan sikap dan perilaku yang ingin kita hasilkan pada balita kesayangan kita, dan bagaimana caranya. Bagaimana pula caranya kita menanamkan aqidah Islam pada balita kita. Apa yang boleh kita lakukan dan apa yang jangan kita lakukan. Kuncinya belajar! Orang tua lah yang harus belajar.
2. Kenali dan kendalikan jenis input informasi (ucapan/penglihatan/pendengaran/pergaulan) yang masuk lewat pintu otak bawah sadar balita kita.
Jika kita sadar ini, maka programkan secara sengaja muatan positif. Install-kan program-program positif ke dalam otak bawah sadar anak-anak kita. Sebagai contoh televisi. Kendalikan keinginan kita nonton acara tv bersama anak-anak bila memang acaranya tidak baik bagi anak-anak kita.
Kenali juga bahwa input positif bisa berasal dari pendengaran. Maka kendalikan kata-kata kita. Apapun situasinya, jaga mulut! “katakan yang baik-baik saja, atau kalau tidak lebih baik diam”, pesan Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya. “…fal yakun khairan au lisashmut”!
Juga program/install otak balita kita dengan input yang disengaja. Misalkan tatkala menidurkan bayi kita, apa salahnya kita memperdengarkan ayat-ayat al qur’an kepada bayi, baik melalui kaset maupun kita sendiri yang membacakannya.
Percayalah semua input yang disengaja ini membekas dan terinstall dengan baik di otak bawah sadar anak-anak kita.
Programkan dengan sengaja! Itu sebabnya kita perlu punya kurikulum! Ini bukan berarti kita mau mendikte “masa depan profesi anak kita”. Sama sekali tidak. Apapun jalan hidup dia nanti setelah dewasa, terserah dia. Yang kita bentuk secara sengaja adalah potensi dasar “human being”-nya. Sikapnya, perilakunya, kebiasaannya, potensi aqidahnya. Bukankah ini memang wajib! Bagi setiap orang tua untuk mendidik anaknya agar menjadi hamba Allah dan khalifah-nya di muka bumi ini?
Ada beberapa contoh tindakan, misalnya dengan membacakan buku-buku cerita-cerita ilahiyah, kenalkan Allah dan segala konsep ilahiyah lainnya, lalu kisah-kisah perjuangan rasulullah dan para sahabat, dan berbagai kisah-kisah positif lainnya. Semua kisah itu akan membekas amat dalam ke dalam jiwa anak-anak kita!
Insyaallah, jika betul-betul kita serius, bukan tidak mungkin yang akan kita lahirkan nanti adalah calon-calon pemimpin dunia! Dari tangan didikan kita lahirlah para jenderal, para profesor, para ilmuwan yang mampu mengubah dunia ini berada dalam ridlo Allah SWT. Amin ya allah ya rabbal ‘alamiin.
20 June 2007
Rumah Kita
(Sudahkah Menjadi Home atau Sekedar House)
Oleh : Marina Lidya S. Pd
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Bismillaahi walhamdulillaahi wassalaatu wassalaamu ‘alaa rasoolillaahi wa'ala alihi waashhabihi
wamawwalah, amma ba'd.
"Selamat datang di kawasan hunian yang bervisi Baiti Jannati dengan misi Rahmatan Lil'alamin. Dibangun berdasarkan konsep minimalis dengan mengutamakan azaz-azaz efisiensi dan efektivitas serta pengoptimalisasian setiap sudut ruangan yang mencerminkan kesederhanaan dan kebersahajaan hidup penghuninya."
Untaian kalimat di atas sepintas memang seperti promo dari sebuah developer hunian tapi bukan. Itu adalah sebuah refleksi saya terhadap rumah idaman saya di dunia, mungkin juga idaman sebagian orang yang mengutamakan esensi dan kesederhanaan. Sebuah rumah idaman yang tidak hanya sekedar house tapi juga home bagi penguhuninya.
Memang home dan house artinya sama-sama rumah. Namun berbeda peruntukannya dalam kalimat. Misalnya antara broken house dan broken home. Kalau broken house bangunan rumahnya yang rusak. Tapi kalau broken home, bisa jadi bangunan rumahnya tidak rusak, namun telah hilang perasaan cinta dan rindu antara penghuni rumah. Yang ada hanya kekakuan yang diselingi pertengkaran yang kemudian menghadirkan rasa sakit hati, benci, bahkan dendam. Itulah dia, rumah tangga yang hancur alias keluarga berantakan.
Jadi dapat dikatakan bahwa home lebih kepada suasana kejiwaan dan atmosfir yang terbangun dalam suatu rumah, tempat atau bangunan lainnya. Sehingga dapat dimaknakan home sebagai suatu tempat yang menawarkan rasa nyaman dan betah. Dengan demikian, di mana pun tempat kita beraktivitas, apakah itu di kantor kita, toko kita, ruang kelas kita, semuanya sebenarnya dapat kita `sulap' menjadi home. Sehingga kita dan orang-orang yang juga beraktivitas di sana atau sekedar mampir, merasa nyaman dan betah. Dan, tentunya tempat paling utama yang harus kita jadikan home adalah rumah kita. Sehingga setiap penghuni rumah senantiasa rindu pulang. Terpatri pada diri mereka semboyan "No Place Like Home" (tidak ada tempat seperti (senyaman) di rumah. Atau yang lebih indah lagi, dengan ungkapan Baiti Jannati, rumahku
syurgaku. Bagaimana tidak, indahnya jannah yang setiap orang rindu dan ingin pulang ke sana. Begitu juga bila rumah yang telah jadi menjadi `syurga' dunia bagi penghuninya. Tentu selalu dirindu dan kalau sudah pergi ke tempat lain rasanya ingin cepat pulang untuk melepas segenap kepenatan dan melupakan segala kepedihan di luar sana.
Ukuran besar kecil rumah atau megah tidaknya rumah, sangatlah relatif. Yang utama adalah atmosfir yang menyelubungi rumah tersebut. Ada yang rumahnya white house bak istana tapi serasa neraka bagi penghuninya sehingga mereka mencari home-home lain di luar. Ada juga yang rumahnya KPR BTN RSS (Kredit Pemilikan Rumah Bangunannya Tidak Normal Rasanya Sempit Sekali), namun jannah bagi mereka. Tentu setiap orang mengidamkan rumah kalau bisa kombinasi antara bangunan yang baik dengan suasana psikologis dan atmosfir yang menyenangkan.
Rumah yang home bukanlah hotel yang meskipun nyaman tapi hanya untuk sekedar menginap. Juga bukanlah yang ruang makannya laksana restoran yang meskipun kursi makan dan menunya istimewa, namun hanya menawarkan suasana kaku dan formil, kering dari cinta, sepi dari canda, jauh dari pembelajaran dan kosong dari nasehat. Kata anak-anak pengajian, "Kagak ada ruhnya!". Rumah yang home adalah rumah yang akan selalu menjadikan penghuninya dari waktu ke waktu semakin sholeh, cerdas, berakhlakul karimah dan semakin kuat rasa cinta dan rindu di antara mereka.
Saya berusaha memikirkan ciri-ciri home yang saya idamkan. Mungkin ini akan memberikan inspirasi bagi Anda, atau mungkin Anda sudah meraihnya, dan bahkan sudah melebihi yang saya pikirkan. Selamat, ya! Do'akan saya segera menyusul.
Kira-kira poin-poin berikut inilah yang ingin saya hadirkan di home idaman saya :
1. Tumbuh dan berkembangnya aktivitas ibadah. Hal ini dapat dilihat dari ketaatan penghuni rumah akan perintah Allah dan hidupnya sunnah-sunnah Rasulullah.
2. Tumbuh dan berkembangnya aktivitas keilmuan. Hal ini dapat ditandai dengan tersedianya sarana sarana penunjang ilmu dan pengetahuan. Seperti adanya ruangan yang cukup representatif untuk diadakannya pengajian. Di satu pojoknya ada mini home library atau little book corner yang menyimpan berbagai koleksi buku, surat kabar, jurnal, majalah, kliping, atau artikel penting. Tersedianya sarana bermain anak yang edukatif. Tak kalah pentingnya adalah seperti home theatre yang mengoleksi berbagai CD dan VCD ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi seisi rumah. Terutama bagi putra-putri kita yang sedang berada dalam masa `the golden ages' mengingat sebagian besar acara TV yang semakin membuat resah orang beriman. Dan kalau memungkinkan, ada perangkat komputer yang connect ke internet agar memperoleh informasi yang luas dan cepat.
3. Terpatrinya perilaku hidup bersih, rapi dan berdisiplin pada diri setiap penghuni rumah. Bila ada najis segera dibersihkan, tidak ada saluran yang mampet, kotoran yang mengendap atau bau yang tidak sedap. Barang-barang yang berserakan dan ruangan yang berantakan segera dirapikan. Seluruh anggota keluarga berdisiplin dan bertanggungjawab melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya.
4. Adanya perhatian yang besar terhadap kesehatan. Terwujud dari penyusunan menu makanan yang halal, baik dan seimbang zat gizinya. Serta adanya jadwal untuk berolahraga. Dan diupayakan penyisihan dana untuk check up kesehatan.
5. Melekatnya sikap sederhana dan bersahaja. Baik dalam makanan, minum, berpakaian, perkataan, dan gaya hidup, serta terbangunnya azaz-azaz efisiensi, efektivitas, optimalisasi dan kemampuan menyusun skala prioritas kehidupan.
6. Orang tua, terutama Ayah, sang kepala keluarga mengayomi dan melindungi keluarga.Yang
tercermin dari kegigihannya mencari nafkah yang halal. Bersama ibu berusaha menciptakan
controlling system yang bekerja efektif agar putra-putri terlindungi dan jauh dari perilaku-perilaku menyimpang dan membahayakan aqidah, fisik, dan mental. Seperti pergaulan bebas, narkoba, bid'ah dholalah, fenomena homo/ transseksual (gay/ lesbi/ waria), dan lain-lain.
7. Terbinanya suasana demokratis. Setiap anggota keluarga dapat mengekspresikan perasaan dan pendapatnya. Berkembangnya iklim tausiyah. Tiada acara kumpul-kumpul keluarga melainkan senantiasa disisipi taujih.
8. Seisi rumah memiliki sensitivitas terhadap lingkungan sekitar. Senantiasa menjalin dan menjaga silaturrahim dengan tetangga. Selalu terpanggil untuk bergabung dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dan fardhu kifayah. Ayah dan anak laki-laki selalu shalat di mesjid. Serta memiliki perhatian terhadap lestarinya ekosistem.
Bila setiap keluarga yang merupakan unit termungil pembentuk negara dan pembangun peradaban ini, telah menemukan home ataupun jannahnya. Dan telah berhasil menjadikan penghuninya dari waktu ke waktu semakin sholeh, solid, cerdas, dan berakhlak karimah. Maka insya Allah akan tercapailah seperti yang tercantum dalam QS 34:15, Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Amin..
Subhanaka-lLahumma wa bihamdiKa asyhadu allaa ILaaha illa Anta, astaghfiruKa wa atubu ilaiK.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
19 June 2007
Saya bersyukur
BERSYUKUR untuk Suami yang duduk bermalasan di sofa sambil baca koran males-malesan, Karena doi bersama aku dirumah dan tidak keluyuran .. apalagi ke bar malem ini.
Bersyukur untuk anakku yang selalu PROTES dirumah karena artinya ... dia sedang dirumah dan TIDAK sedang keluyuran di jalanan
BERSYUKUR untuk Pajak yang saya bayar karena artinya … Saya bekerja … atau punya penghasilan …
BERSYUKUR untuk rumah yang berantakan.. . Karena artinya saya masih punya kesempatan melayani orang-orang yang mengasihi saya …
BERSYUKUR untuk baju yang mulai kesempitan karena artinya ... Saya bisa lebih dari cukup untuk makan …
BERSYUKUR untuk kebun yang harus dirapikan dan perkara yang harus dibetulkan dirumah .. !! Karena artinya … saya punya rumah !!!
BERSYUKUR untuk dapat tempat parkir yang paling jauh … Karena artinya saya masih bisa berjalan kaki ..dan diberkati dengan kendaraan yang saya bisa bawa …
BERSYUKUR untuk cucian … Karena artinya … saya punya baju yang bisa dipakai …
BERSYUKUR karena kepenatan dan kelelahan kerja setiap hari ... karena artinya … SAYA mampu bekerja keras setiap hari …
BERSYUKUR mendengar Alarm yang mengganggu di pagi hari ... Karena artinya … SAYA MASIH HIDUP …
27 April 2007
Setengah tahun....
Oya, giginya udah tumbuh lho.... dua biji di gusi tengah bawah.... tambah gemesin kalo lagi senyum. Eyangnya aja setelah dikirimin fotonya langsung kirim sms, tambah kangen katanya, pengen ketemu cucunya... katanya sih makin mirip abinya waktu kecil...:)
05 April 2007
Bila Sebuah Batu Tergeletak di Jalan
Bila sebuah batu tergeletak di jalan
Dan ia membahayakan pemakai jalan
Anda memungutnya, dan mencari seseorang untuk membahas
Apa yang dapat kita perbuat agar batu tersebut bermanfaat
Itulah Islam
Islam adalah untuk menjaga kesuburan tiap sudut tanah
Untuk mengagumi gunung dan laut yang luas, atau sekadar untuk menyirami tanaman,
Untuk berenang dalam air sambil bersyukur kepada Allah
Atau untuk menghirup udara dengan kerinduan untuk bertemu Allah
Islam adalah, bila ada satu makhluk sedang kelaparan,
Walau ia hanya seekor anjing,
Anda merasa tidak enak karena kenyang seorang diri
Maka Anda lalu belajar untuk merasakan lapar,
Sebelum Anda merasa layak disebut sebagai saudara oleh orang-orang lapar.
Islam adalah, ketika seseorang merasa haus
Bahkan bila ia adalah seorang yang akan membunuh Anda,
Anda merasakan kehausannya
Dan berbagi air Anda dengannya
Islam adalah
Ketika Anda melihat seseorang dipinggirkan dan merasa sendirian
Anda menghampirinya dan mengucapkan salam kepadanya
Islam adalah
Mencintai bahkan orang-orang yang membenci Anda,
Dan memuji dengan bijak
Seseorang yang menganggap Anda sebagai musuhnya
Islam adalah komunitas yang berdamai dengan alam
Sungai dan hutan, air dan daratan, gunung dan laut
Yang mereka cintai seolah-olah isteri-isteri mereka sendiri
Menjaga kesuburannya semata-mata dengan cinta
Islam adalah
Sebuah pemerintah yang menganggap rakyatnya sebagai seorang isteri,
Saling menyayangi, bekerjasama dengan keseimbangan kekuasaan antara yang satu
dengan yang lain,
Islam adalah keadaan di mana si kuat memahami pentingnya si lemah
Dan si lemah tidak menikmati kelemahan dan ketergantungannya
Salam berarti perdamaian
Islam berarti upaya mencari, membangun dan menciptakan perdamaian
Humanitas Islam berarti pengertian untuk saling memanusiakan satu sama lain
Budaya Islam adalah Kedamaian pikiran dan hati
Perekonomian Islam berarti tak seorangpun kekurangan gizi dan tak seorangpun
kelebihan gizi
Politik islam berarti demokrasi sejati dan jujur
Filosofi Islam adalah kesimbangan antara hak-hak azasi dan kewajiban-kewajiban
azasi manusia
Salam berarti perdamaian
Islam berarti pembebasan menuju perdamaian
Islam berarti kerja emansipasi menuju kehidupan yang penuh kedamaian bagi semua
manusia
30 March 2007
5 Bulan Umurnya
Ini beberapa foto yg dikirim....